pasartani.info – Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak para petani di Kota Sungai Penuh, Jambi, untuk memanfaatkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Ajakan disampaikan setelah 87 hektare sawah di Kota Sungai Penuh gagal panen akibat banjir yang terjadi di awal tahun 2021 lalu.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, asuransi adalah bentuk antisipasi petani dalam menghadapi gangguan terhadap lahan pertanian.
“Tuntutan terhadap petani adalah menjaga lahan pertanian agar tidak terjadi gagal panen. Sebab, kondisi tersebut tidak hanya membuat petani merugi, tetapi juga menyebabkan produktivitas pertanian menurun. Oleh sebab itu, kita mengajak petani menjaga lahan dengan asuransi,” kata Mentan SYL, Selasa (27/4).
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy, menjelaskan lebih lanjut mengenai asuransi pertanian.
“Asuransi pertanian adalah bagian dari mitigasi bencana. Sesuai namanya, AUTP akan menjaga tanaman padi para petani dari gagal panen akibat perubahan iklim, cuaca ekstrim, bencana alam, juga serangan organisme pengganggu tanaman dan hama,” katanya.
Menurut Sarwo Edhy, pihak asuransi akan mengeluarkan klaim sebesar Rp 6 juta per hektare untuk lahan pertanian yang gagal panen dan telah diasuransikan.
“Dengan klaim itu, petani tidak akan merugi jika tanamannya gagal panen. Justru petani tetap memiliki modal untuk tanam kembali. Uktuk itu, kita terus mendorong agar petani memanfaatkan asuransi,” katanya.
Meski banyak sawah yang mengalami puso, namun Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kota Sungai Penuh tetap optimistis produksi padi di 2021 memenuhi target. Pemkot Sungai Penuh 2021 menargetkan produksi padi sebesar 49.715 ton.
Kota Sungai Penuh memiliki luas sawah yang dapat dijadikan sebagai sasaran tanam sebanyak 8.600 hektare. Dengan potensi panen yang diperkirakan mencapai 95 persen atau seluas 8.150 hektare.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kota Sungai Penuh melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura, Maipendri mengatakan dari 8.600 hektare luas sasaran tanam tersebut, terdapat 87 hektare sawah yang mengalami puso atau gagal panen.
“Itu terjadi akibat banjir yang terjadi di awal tahun 2021 lalu,. Sehingga hal ini turut berpengaruh terhadap jumlah produksi padi yang dihasilkan,” katanya.
sumber : Merdeka.com