AGRONET — Kementerian Pertanian mendukung pengembangan sumber pangan alternatif pengganti nasi. Seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Situbondo Jawa Timur yang tengah mengembangkan Sorghum.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyampaikan pihaknya berkomitmen untuk mendukung kegiatan pengembangan sorghum di Indonesia. Apalagi di saat pandemi seperti saat ini, masyarakat harus lebih banyak mengkonsumsi pangan yang lebih menyehatkan untuk tubuh.
Demikian Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pun berorientasi pangan mulai diubah tidak hanya pada beras saja namun dengan sumber karbohidrat lain, salah satunya adalah sorgum.
Pemerintah Kabupaten Situbondo telah melakukan penandatangan Nota Kesepahaman dengan PT. Sorgum Koltim Sejahtera untuk bersama-sama mengembangkan sorghum. Rencananya, pengembangan sorghum akan dilakukan di lahan marginal yang selama ini sulit diupayakan kegiatan usaha pertanian. Saat ini hampir 48% atau sekitar 31.000 hektare lahan di Kabupaten Situbondo merupakan lahan kering atau lahan marjinal.
Dipilihnya sorghum sebagai komoditi yang akan dikembangkan karena sorghum mampu berkembang dengan baik pada lahan marjinal tersebut. Tanaman sorghum sebenarnya telah cukup lama dikembangkan petani di Situbondo, akan tetapi karena permintaan pasar yang kurang, secara sistematis pertanaman sorghum dari tahun ke tahun terus berkurang.
Berdasarkan catatan pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo, saat ini tersisa sekitar 10 hektare tanaman sorghum dengan tingkat produktivitas sekitar 2 ton per hektare per musim.
Salah satu ruang lingkup MoU yang ditandatangani adalah adanya jaminan pemasaran dari kegiatan budidaya sorghum yang dilakukan oleh petani. Oleh karena itu kendala pemasaran yang dirasakan oleh petani saat ini diharapkan terpecahkan.
Direktur PT. Sorghum Koltim Sejahtera yang akrab dipanggil Joe saat diwawancara hari Jumat (29/01) menyampaikan saat ini ada empat negara di Asia yang sudah berminat untuk mengimpor sorghum dari Indonesia. Akan tetapi karena jumlah produksi masih sangat terbatas, permintaan tersebut belum dapat dipenuhi.
“Saya optimis dengan adanya gerakan pertanaman sorghum yang didukung Pemerintah Kabupaten Sitobondo serta Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, permintaan tersebut mudah-mudahan dapat dipenuhi,” ujarnya.
Senada hal tersebut, Gatut Sumbogodjati, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mengatakan komitmen Kementerian Pertanian untuk menjadikan sorghum mempunyai nilai tambah sehingga bisa dengan mudah di terima di pasar.
“Sorgum bisa menjadi alternatif pangan lokal yang patut dikembangkan. Saya rasa banyak daerah di Indonesia ini yang memiliki kondisi tanah yang cocok untuk dikembangkan sorgum. Bahkan tahun ini kami mulai akan mengembangkan seluas 5.000 hektare, terutama di wilayah timur seperti NTT untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduknya” sebut Gatut. (591)